Rabu, 03 Januari 2018

ATENSI

1.      Pengertian Atensi
Menurut James (2001)  Atensi adalah pemusatan pikiran, dalam bentuk yang jernih dan gamblang terhadap sejumlah objek simultan atau sekelompok pikiran
Menurut Basuki (2008) Atensi adalah pemusatan atau pengonsentrasian seluruh aktiviitas individu pada suatu objek atau sekumpulan objek.
           Menurut Mole, Smithies dan Wu (2011) Atensi adalah dimana  subjek memilih informasi yang telah diproses oleh satu bagian dari sistem perseptual kita sedemikian rupa sehingga membuat informasi tersebut tersedia untuk diproses oleh bagian sistem , yang beroperasi dengan kapasitas pemrosesan yang lebih kecil.
Berdasarkan perbedaan tinngkatan perhatian itu, maka bisa diidentifikasikan bermacam-macam jenis perhatian, dilihat dari berbagai macam aspek:
a.      Ditinjau dari aspek timbulnya perhatian
1)     Perhatian spontan
Perhatian yang timbul dengan sendirinya
2)     Perhatian tidak spontan
Perhatian yang sengaja ditimbulkan  karena itu perlu ada kemauan untuk menimbulkan.
b.      Ditinjau dari aspek kuantitas atau banyaknya objek yang daapat dicakup oleh perhatian pada suatu waktu
1)     Perhatian yang sempit
Jangkauan objek yang kecil dan sedikit
2)     Perhatian yang luas
Perhatian yang objeknya sekaligus banyak atau luas
c.      Ditinjau dari aspek kualitas atau terpusat tidaknya perhatian
1)     Perhatian yang terpusat
Perhatian yang diarahkan inndividu pada suatu waktu ke suatu objek tertentu saja
2)     Perhatian yang terbagi-bagi
Perhatian yang diarahkan individu pada suatu waktu pada banyak hal atau objek.
d.      Ditinjau dati aspek fluktuasi perhatian
1)     Perhatian statis
Perhatian yang dilakukan individu pada suatu objek tertentu dan tidak berpindah-pindah
2)     Perhatian yang dinamis
Perhatian yang diarahkan individu pada suatu waktu tertentu, tidak hanya pada satu objek saja melainkan beralih dari satu objek ke objek yang lain secara lincah.

2.      Macam-Macam Atensi
a.      Dari segi timbulnya perhatian atau atensi dapat dibagi menjadi:
1)     Atensi spontan adalah perhatian yang timbul dengan sendirinya karena spontan.
2)     Atensi tidak spontan adalah perhatian yang timbul dengan sengaja.

b.      Dari segi banyak objek yang dicakup atensi dapat dibagi menjadi:
1)     Atensi konsentratif adalah perhatian yang dilakukan pada individu pada suatu waktu dan hanya dapat memperhatikan sedikit objek.
2)     Atensi distributif adalah perhatian yang dilakukan individu pada suatu waktu dan dapat memperhatikan banyak objek sekaligus. Pada umumnya perhatian distributif sejalan dengan perhatian yang terbagi bagi.

c.      Dari segi fluktuasi atensi dapat dibagi menjadi:
1)     Atensi statik adalah perhatian yang tertuju pada suatu objek tertentu.
2)     Atensi dinamik adalah perhatian pada individu, yang pada suatu saat tertentu dapat dengan memudahkan perhatiannya secara lincah dari suatu objek ke objek lain.

3.       Faktor Yang Mempengaruhi Atensi
a.       Faktor internal (berasal dari dalam diri manusia)
1)     Adanya ketertarikan terhadap obyek (rangsang) lain (interest)
2)     Adanya kesiapan pikiran, pengalaman belajar, aksi-reaksi.
3)     Adanya kemampuan individu untuk memilih dan menyaring rangsang yang akan datang.
b.      Faktor Eksternal
1)              Adanya rangsang yang menyolok, baik ukuran, warna, maupun bentuknya.
2)              Adanya rangsang yang baru yang berlawanan dengan lingkungan.
3)              Adanya rangsang yang bergerak (audio-visual-kinestetik).


DAFTAR PUSTAKA
Basuki, Heru. A.M. (2008) Psikologi Umum. Jakarta: Universitas Gunadarma
   Solso, Robert L. (2001). Cognitive Psychology 6th Edition. USA : Pearson Education Inc
   Mole, Christopher., Smithies, Declan., Wu, Wayne. (2011) Attention Philosophical and psychological essays. New York : Oxford University
 http://bloknyokoe.blogspot.co.id/2015/09/atensi-dalam-pembelajaran-wawasan-dasar.html


PERILAKU KONSUMTIF

1.       Pengertian perilaku konsumtif
Menurut Fromm (1955, dalam Arysa 2013) perilaku konsumtif  adalah perilaku dimana individu mempunyai suatu barang dengan tujuan untuk menunjukan status dari pemiliknya dan tidak berorientasi pada fungsi atau manfaat dari barang itu sendiri.
Lubis (dalam Sumartono, 2002) mengatakan perilaku konsumtif adalah perilaku yang  tidak lagi berdasarkan pada pertimbangan yang rasional, melainkan karena adanya  keinginan yang sudah mencapai taraf yang sudah tidak rasional lagi. Sedangkan Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (dalam Sumartono, 2002) mengatakan perilaku konsumtif adalah kencenderungan manusia untuk menggunakan konsumsi tanpa batas  dan manusia lebih mementingkan faktor keinginan dari pada kebutuhan.

2.      Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumtif
Menurut Sumartono (2002), munculnya perilaku konsumtif dikalangan mahasiswa disebabkan oleh dua hal yaitu :
1. Faktor Internal
Faktor internal yang berpengaruh pada perilaku konsumtif individu adalah motivasi, harga diri, observasi, proses belajar, kepribadian dan konsep diri.
2. Faktor Eksternal
Faktor eksternal yang berpengaruh pada perilaku konsumtif individu adalah  kebudayaan, kelas social, kelompok-kelompok social dan referensi serta keluarga.

3.      Karakteristik perilaku konsumtif
Menurut Sumartono (2002), definisi konsep perilaku konsumtif amatlah variatif, tetapi pada intinya muara dari pengertian perilaku konsumtif adalah membeli barang tanpa pertimbangan rasional atau bukan atas dasar kebutuhan pokok. Dan secara operasional, indikator perilaku konsumtif yaitu :
1. Membeli produk karena iming-iming hadiah.
Individu membeli suatu barang karena adanya hadiah yang ditawarkan jika membeli barang tersebut.
2. Membeli produk karena kemasannya menarik.
Mahasiswa sangat mudah terbujuk untuk membeli produk yang dibungkus dengan rapi dan dihias dengan warna-warna yang menarik. Artinya motivasi untuk membeli produk tersebut hanya karena produk tersebut dibungkus dengan rapi dan menarik.
3.      Membeli produk demi menjaga penampilan diri dan gengsi.
Mahasiswa mempunyai keinginan membeli barang bermerk dengan harga tinggi, karena pada umumnya mahasiswa mempunyai ciri khas dalam berpakaian, berdandan, gaya rambut, dan sebagainya dengan tujuan agar mahasiswa selalu berpenampilan yang dapat menarik perhatian orang lain.
4. Membeli produk atas pertimbangan harga (bukan atas dasar manfaat atau kegunaannya).
Mahasiswa cenderung berperilaku konsumtif yang disebabkan karena melihat barang-barang yang dianggapnya murah, lalu membeli barang tersebut, tanpa memikirkan manfaat dari barang tersebut.
5.    Membeli produk hanya sekedar menjaga simbol status.
Mahasiswa mempunyai kemampuan membeli yang tinggi baik dalam berpakaian, berdandan, gaya rambut, dan sebagainya sehingga hal tersebut dapat menunjang sifat eksklusif dengan barang yang mahal dan memberi kesan berasal dari kelas sosial yang lebih tinggi.

DAFTAR PUSTAKA


HUBUNGAN INTERPERSONAL

1.      HUBUNGAN INTERPERSONAL
Menurut Pearson ( 1983 ), manusia adalah makhluk sosial. Artinya, sebagai makhluk sosial, kita tidak dapat menjalin hubungan sendiri, kita selalu menjalin hubungan dengan orang lain, mencoba untuk mengenali dan memahami kebutuhan satu sama lain, membentuk interaksi, serta berusaha mempertahankan interaksi tersebut. Kita melakukan hubungan interpersonal ketika mencoba untuk berinteraksi dengan orang lain, hubungan interpersonal adalah hubungan yang terdiri atas dua orang atau lebih, yang memiliki ketergantungan satu sama lain dan menggunakan pola interaksi yang konsisten. Ketika akan menjalin hubungan interpersonal, akan terdapat suatu proses dan biasanya dimulai dengan interpersonal attraction.
2.      INTERPERSONAL ATTRACTION (KETERTARIKAN INTERPERSONAL)
  Baron dan Byrne (2006) menjelaskan bahwa interpersonal attraction adalah penilaian seseorang terhadap sikap orang lain, dimana penilaian ini dapat diekspresikan melalui suatu dimensi, dari strong liking sampai dengan strong dislike. Jadi, ketika kita berkenalan dengan orang lain, kita sebenarnya melakukan penilaian terhadap orang tersebut
Dalam melakukan hubungan interpersonal, faktor – faktor yang memengaruhi suatu ketertarikan interpersonal ( interpersonal attraction ) adalah, faktor internal, eksternal, dan interaksi.
1.      Faktor internal
Faktor dalam diri kita, meliputi dua hal yaitu :
·         Kebutuhan untuk berinteraksi (need for affiliation), suatu keadaan dimana seseorang berusaha untuk mempertahankan suatu hubungan, bergabung dalam kelompok, berpartisipasi dalam kegiatan, menikmati aktifitas bersama keluarga atau teman, menunjukkan perilaku saling bekerja sama, saling mendukung, dan konformitas ( menurut McClelland ). Seseorang yang memiliki kebutuhan untuk berinteraksi, berusaha mencapai kepuasan terhadap kebutuhan ini, agar disukai, diterima oleh orang lain, serta mereka cenderung untuk memilih berkerja bersama orang yang mementingkan keharmonisan dan kekompakan kelompok.
·         Pengaruh perasaan, penelitian dari Byrne, dkk (1975) dan Fraley&Aron (dalam Baron, Byrne, 2006 ) menunjukkan bahwa dalam berbagai situasi sosial, humor digunakan secara umum untuk mencairkan suasana dan memfasilitasi interaksi pertemanan. Jika kita membuat orang lain senang saat kita bertemu dengannya, maka interaksi akan lebih mudah terjalin. Sebaliknya, ketika kita bertemu orang tersebut dan kita membuat perasaannya negatif (kesal,marah), orang tersebut akan lebih sulit untuk berinteraksi dengan kita. Hal ini terjadi karena pada saat senang, kita lebih terbuka untuk melakukan komunikasi dengan orang lain.
2.      Faktor eksternal
Yang memengaruhi hubungan interpersonal ada dua yaitu :
·         Kedekatan (proximity), Baron&Byrne (2008) menjelaskan bahwa kedekatan secara fisik antara dua orang yang tinggal dalam satu lingkungan yang sama, menunjukkan bahwa semakin dekat jarak geografis di anatara mereka, semakin besar kemungkinan kedua orang tersebut untuk sering bertemu. Selanjutnya pertemuan tersebut akan menghasilkan penilaian positif satu sama lain, sehingga timbul ketertarikan diantara mereka ( more exposure effect ). Kita cenderung menyukai orang yang wajahnya biasa kita kenali dibandingkan dengan orang yang wajahnya tidak kita kenal (Miller&Perlman, 2009).
·         Daya tarik fisik, sebuah penelitian mengenai daya tarik fisik menunjukkan bahwa sebagian besar orang percaya bahwa laki – laki dan perempuan yang menarik menampilkan ketenangan,  mudah bergaul, mandiri, dominan, gembira, seksi, mudah beradaptasi, sukses, lebih maskulin (untuk laki – laki) dan lebih feminim (untuk perempuan) daripada orang yang tidak menarik (Dion&Dion, 1991; Hatfield&Sprecher, 1986a dalam Baron Byrne, 2008). Jadi, kita cenderung untuk memilih berinteraksi dengan orang yang menarik dibandingkan orang yang kurang menarik karena orang yang menarik memiliki karakteristik lebih positif.
3.      Faktor interaksi
Pada faktor interaksi terdapat dua hal, yaitu :
·         Persamaan – Perbedaan, Miller&Perlman (2009) mengemukakan bahwa sangat menyenangkan ketika kita menemukan orang yang mirip dengan kita dan saling berbagi asal usul, minat, dan pengalaman yang sama. Semakin banyak persamaan, semakin mereka saling menyukai. Sedangkan dalam perbedaan, keuntungan yang di dapat ketika berinteraksi dengan orang yang memiliki sikap berbeda adalah kita lebih dapat belajar hal yang baru dan bernilai darinya (Kruglanski&Mayseless, 1987, dalam Pines, 1999).
·         Reciprocal Liking, faktor lain yang juga memengaruhi ketertarikan kita kepada orang lain adalah bagaimana orang tersebut menyukai kita. Secara umum, kita menyukai orang yang juga menyukai kita dan tidak menyukai orang yang juga tidak menyukai kita. Pada dasarnya, ketika kita disukai orang lain, hal tersebut dapat meningkatkan self esteem (harga diri), membuat kita merasa bernilai, dan akhirnya mendapatkan positive reinforcement.

3.      CINTA
         Menurut Izard (dalam Strongman, 1998), cinta dapat mendatangkan segala jenis emosi, baik yang menyenangkan maupun yang menyakitkan. Stenberg mengemukakan bahwa cinta memiliki tiga dimensi, yaitu hasrat (passion), keintiman (intimacy), dan komitmen / keputusan (commitment/decision).
·         Hasrat, dimensi ini menekankan pada intensnya perasaan serta perasaan yang muncul dari daya tarik fisik dan daya tarik seksual. Pada jenis cinta ini, seseorang mengalami ketertarikan fisik secara nyata, seperti selalu memikirkan orang yang dicintainya sepanjang waktu, melakukan kontak mata secara intens saat bertemu, detak jantung meningkat, ingin selalu bersama pasangan yang dicintai, dan lain – lain.
·         Keintiman, dimensi ini tertuju pada kedekatan perasaan antara dua orang dan kekuatan yang mengikat mereka untuk bersama. Sebuah hubungan akan mencapai keintiman emosional jika kedua pihak saling mengerti, terbuka, dan saling mendukung, serta bisa berbicara apa pun tanpa merasa takut ditolak. Mereka mampu untuk saling memaafkan dan menerima, khususnya ketika mereka tidak sependapat atau berbuat kesalahan.
·         Komitmen /  keputusan
Pada dimensi ini, seseorang berkeputusan untuk tetap bersama dengan seorang pasangan dalam hidupnya. Komitmen dapat bermakna mencurahkan perhatian, melakukan sesuatu untuk menjaga suatu hubungan tetap langgeng, melindungi hubungan tersebut dari bahaya, serta memperbaiki bila hubungan dalam keadaan kritis.

4.      PERNIKAHAN
Pernikahan adalah sebuah komitmen yang serius antarpasangan dan dengan mengadakan pesta pernikahan, berarti secara sosial diakui bahwa saat itu pasangan telah resmi menjadi suami dan istri.
Duvall&Miler(1985) menjelaskan bahwa pernikahan adalah hubungan antara pria dan wanita yang diakui secara sosial, yang di tunjukan untuk melegalkan hubungan seksual, melegitimasi membesarkan anak, dan membangun pembagian peran di antara sesame pasangan.
Anak adalah salah satu factor kepuasan pernikahan. Seperti yang di kemukanan oleh latifah, bahwa factor-faktor yang mendukung kepuasaaan pernikahan adalah adanya komunikasi yang terbuka, ekpresi perasaan secara terbuka, saling percaya, tidak adanya dominasi pasangaan, hubungan seksual yang memuaskan, kehidupan sosial tempat tinggal, penghasilan yang cukup,anak, keyakinan beragama, dan hubungan dengan mertua/ipar (Latifah,2005)

5.      PERSELINGKUHAN
Menurut Vaughan (2003) menyebutkan bahwa perselingkuhan adalah keterlibatan seksual dengan orang lain yang bukan merupakan pasangan primernya. Perselingkuhan terjadi karena faktor yang ada dalam diri subjek, seperti kurang perhatian atau tidak memenuhi harapan istri/suami.
Sejumlah alasan seseorang melakukan perselingkuhan yaitu:
v  Variasi seksual
v  Untuk kesenangan pribadi
v  Companionship dengan wanita/pria lain
v  Kepuasaan akan tantangan
v  Merasa tertarik kepada lawan jenis yang lebih muda
v  Memanfaatkan kesempatan yang ada
v  Keinginan untuk melanggar sesuatu yang dilarang
v  Kebosanan akan pernikahan
v  Istri/suami tidak lagi menarik secara fisik(daya tarik seksual)
v  Ingin menyakiti suami/istri
v  Istri menjadi gemuk
v  Istri terlalu fokus kepada anak.

Sedangkan menurut Then (1998), alasan yang sering digunakan untuk melakukan perselingkuhan adalah sebagai pelarian karena pernikahan nya tidak bahagia.  Dan lainya karena perbedaan kelas sosial, agama, dan kebiasaan juga dapat dijadikan alasan untuk melakukan perselingkuhan.

DAFTAR PUSTAKA
Tim penulis Psikologi UI (2009). Psikologi sosial. Jakarta: Salemba humanika


PERSEPSI SOSIAL

PENGERTIAN PERSEPSI SOSIAL
Dalam psikologi, persepsi secara umum merupakan proses perolehan, penafsiran, pemilihan dan pengaturan informasi indrawi. Persepsi sosial dapat diartikan sebagai perolehan, penafsian, pemilihan dan pengaturan informasi indrawi tentang orang lain. Apa yang diperoleh, ditafsirkan, dipilih, dan di atur adalah informasi indrawi dari lingkungan sosial serta yang menjadi fokusnya adalah orang lain.
Secara umum persepsi sosialadalah aktivias memersepsikan orang lain dan apa yang membuat mereka dikenali. Persepsi sosial adalah studi terhadap bagaimana orang membentuk kesan dan membuat kesimpulan tentang orang lain (teiford, 2008).

TINGKAH LAKU DAN KOMUNIKASI NONVERBAL
Mengenali tingkah laku nonverbal (Patterson 1983) sebagai berikut :
1.      Tingkah laku nonverbal menyediakan informasi tentang perasaan dan niat secara ajek. Contohnya, emosi sedih yang dialami seseorang dapat dikenali dari ekspresi wajahnya meskipun orang itu menyatakan ia tidak sedang sedih.
2.      Tingkah laku nonverbal dapat digunakan untuk mengatur dan mengelolah interaksi. Contonya, dalam kegiatan diskusi, ekkspresi wajah.
3.      Tingkah laku nonverbal dapat digunakan untuk mengungkapkan keintiman, misalnya sentuhan, rangkulan dan tatapan mata.
Dari penampilan fisik tersebut, kita mengenali tanda tanda nonverbal untuk mencari tahu apa yang dipikirkan dan dirasakan orang lain. Aktivitas saling mengenali melalui  tingkah laku noverbal itu disebut komunikasih nonverbal. Komunikasih nonverbal didefinisikan sebagai cara orang berkomunikasi tanpa kata –kata, baik secara sengaja maupun tidak sengaja. Dalam komunikasih nonverbal, kita mencermati tekan suara, sentuhan, gestur ekspresi wajah, dan tanda tanda nonverbal lainnya.

Saluran Komunikasi Nonverbal
Pada bagian-bagian tubuh, aktivitas nonverbal berlangsung dengan memanfaatkan fungsi-fungsi bagian tubuh itu masing-masing. Aktivitas-aktivitas nonverbal pada bagian tubuh itu disebut saluran-saluran nonverbal karena semuanya menyalurkan tanda-tanda nonverbal yang dapat memberi petunjuk tentang apa yang dipikirkan dan dirasakan orang. Penelitian tentang komunikasi nonverbal menemukan ada lima saluran komunikasi nonverbal, ekspresi wajah, kontak mata, gerakana badan, postur, dan sentuhan.

Ekspresi Wajah sebagai Tanda dari Emosi Orang Lain
Penelitian-penelitian tentang hubungan antara ekspresi wajah dengan emosi menunjukkan bahwa ada lima emosi dasar yang secara jelas diwakili oleh ekspresi wajah; marah, takut, bahagia, kaget, dan jijik. Ekspresi wajah, selain mengungkapkan emosi secara sendiri-sendiri, juga dapat mengungkapkan kombinasi emosi, seperti marah bercampur kaget dan sedih bercampur takut.

Kontak Mata sebagai Tanda Nonverbal
Hubungan antara kontak mata dan tatapan sebagai tanda-tanda nonverbal dengan keadaan emosional. Kontak mata menyediakan informasi sosial dan emosional/ orang secara sadar atau tidak sadar sering melakukan aktifitas yang melibatkan kontak mata. Pertemuan dua mata membangkitkan emosi kuat. Di beberapa bagian dunia, khususnya di Asia kontak mata dapat menibulkan kesalahpahaman antara orang dari suku atau kebangsaan yang berbeda. Mempertahankan kontak mata dengan supervisor di perusahaan atau dengan orang yang lebih tua dapat membuat kita dianggap kasar, tidak sopan, dan agresif. Hal ini berbeda dengan masyarakat Barat.

Gerak-gerik, Gerakan badan, dan Postur.
Posisi tubuh berubah, gerakan berubah baik dari bentuk maupun kecepatannya. Gerakan badan mencerminkan keadaan emosionalnya. Sebagai salah satu saluran komunikasi nonverbal, gerakan badan memberikan kita tanda-tanda nonverbal sehingga ketika dapat mengenali dan mengerti keadaan emosional orang lain. Perpaduan posisi tubuh, gerakan tubuh dan postur biasa disebut bahasa tubuh (body language)

Sentuhan
Sentuhan orang lain pada kita, dapat membantu memahami apa yang di rasakan orang lain terhadap kita. Pemahaman terhadap apa yang hendak di ungkapkan melalui sentuhan  bergantung pada beberapa factor yang terkait dengan; siapa yang menampilkan sentuhan, jenis kontak fisik, dan konteks yang ada ada saat sentuhan di tampilkan.

Komunikasi Nonverbal melalui Multi-saluran
Dalam interaksi sehari-hari, kita biasanya menerima informasi dari beragam saluran dalam waktu bersamaan. Archer dan Akert (1991) menunjukan bahwa orang mampu menafsirkan tanda-tanda yang ditampilkan melalui beragam saluran komunikasi nonverbal dengan cukup tepat, dengan memanfaatkan berbagai tanda meski ada perbedaan pada beberapa tipe orang. Misalnya orang yang ekstrovert lebih baik kemampuannya dari pada orang yang introvert.
           

DAFTAR PUSTAKA
 Tim Penulis Psikologi Universitas Indonesia. (2009). Psikologi Sosial. Jakarta: Salemba Humanika