Rabu, 03 Januari 2018

HUBUNGAN INTERPERSONAL

1.      HUBUNGAN INTERPERSONAL
Menurut Pearson ( 1983 ), manusia adalah makhluk sosial. Artinya, sebagai makhluk sosial, kita tidak dapat menjalin hubungan sendiri, kita selalu menjalin hubungan dengan orang lain, mencoba untuk mengenali dan memahami kebutuhan satu sama lain, membentuk interaksi, serta berusaha mempertahankan interaksi tersebut. Kita melakukan hubungan interpersonal ketika mencoba untuk berinteraksi dengan orang lain, hubungan interpersonal adalah hubungan yang terdiri atas dua orang atau lebih, yang memiliki ketergantungan satu sama lain dan menggunakan pola interaksi yang konsisten. Ketika akan menjalin hubungan interpersonal, akan terdapat suatu proses dan biasanya dimulai dengan interpersonal attraction.
2.      INTERPERSONAL ATTRACTION (KETERTARIKAN INTERPERSONAL)
  Baron dan Byrne (2006) menjelaskan bahwa interpersonal attraction adalah penilaian seseorang terhadap sikap orang lain, dimana penilaian ini dapat diekspresikan melalui suatu dimensi, dari strong liking sampai dengan strong dislike. Jadi, ketika kita berkenalan dengan orang lain, kita sebenarnya melakukan penilaian terhadap orang tersebut
Dalam melakukan hubungan interpersonal, faktor – faktor yang memengaruhi suatu ketertarikan interpersonal ( interpersonal attraction ) adalah, faktor internal, eksternal, dan interaksi.
1.      Faktor internal
Faktor dalam diri kita, meliputi dua hal yaitu :
·         Kebutuhan untuk berinteraksi (need for affiliation), suatu keadaan dimana seseorang berusaha untuk mempertahankan suatu hubungan, bergabung dalam kelompok, berpartisipasi dalam kegiatan, menikmati aktifitas bersama keluarga atau teman, menunjukkan perilaku saling bekerja sama, saling mendukung, dan konformitas ( menurut McClelland ). Seseorang yang memiliki kebutuhan untuk berinteraksi, berusaha mencapai kepuasan terhadap kebutuhan ini, agar disukai, diterima oleh orang lain, serta mereka cenderung untuk memilih berkerja bersama orang yang mementingkan keharmonisan dan kekompakan kelompok.
·         Pengaruh perasaan, penelitian dari Byrne, dkk (1975) dan Fraley&Aron (dalam Baron, Byrne, 2006 ) menunjukkan bahwa dalam berbagai situasi sosial, humor digunakan secara umum untuk mencairkan suasana dan memfasilitasi interaksi pertemanan. Jika kita membuat orang lain senang saat kita bertemu dengannya, maka interaksi akan lebih mudah terjalin. Sebaliknya, ketika kita bertemu orang tersebut dan kita membuat perasaannya negatif (kesal,marah), orang tersebut akan lebih sulit untuk berinteraksi dengan kita. Hal ini terjadi karena pada saat senang, kita lebih terbuka untuk melakukan komunikasi dengan orang lain.
2.      Faktor eksternal
Yang memengaruhi hubungan interpersonal ada dua yaitu :
·         Kedekatan (proximity), Baron&Byrne (2008) menjelaskan bahwa kedekatan secara fisik antara dua orang yang tinggal dalam satu lingkungan yang sama, menunjukkan bahwa semakin dekat jarak geografis di anatara mereka, semakin besar kemungkinan kedua orang tersebut untuk sering bertemu. Selanjutnya pertemuan tersebut akan menghasilkan penilaian positif satu sama lain, sehingga timbul ketertarikan diantara mereka ( more exposure effect ). Kita cenderung menyukai orang yang wajahnya biasa kita kenali dibandingkan dengan orang yang wajahnya tidak kita kenal (Miller&Perlman, 2009).
·         Daya tarik fisik, sebuah penelitian mengenai daya tarik fisik menunjukkan bahwa sebagian besar orang percaya bahwa laki – laki dan perempuan yang menarik menampilkan ketenangan,  mudah bergaul, mandiri, dominan, gembira, seksi, mudah beradaptasi, sukses, lebih maskulin (untuk laki – laki) dan lebih feminim (untuk perempuan) daripada orang yang tidak menarik (Dion&Dion, 1991; Hatfield&Sprecher, 1986a dalam Baron Byrne, 2008). Jadi, kita cenderung untuk memilih berinteraksi dengan orang yang menarik dibandingkan orang yang kurang menarik karena orang yang menarik memiliki karakteristik lebih positif.
3.      Faktor interaksi
Pada faktor interaksi terdapat dua hal, yaitu :
·         Persamaan – Perbedaan, Miller&Perlman (2009) mengemukakan bahwa sangat menyenangkan ketika kita menemukan orang yang mirip dengan kita dan saling berbagi asal usul, minat, dan pengalaman yang sama. Semakin banyak persamaan, semakin mereka saling menyukai. Sedangkan dalam perbedaan, keuntungan yang di dapat ketika berinteraksi dengan orang yang memiliki sikap berbeda adalah kita lebih dapat belajar hal yang baru dan bernilai darinya (Kruglanski&Mayseless, 1987, dalam Pines, 1999).
·         Reciprocal Liking, faktor lain yang juga memengaruhi ketertarikan kita kepada orang lain adalah bagaimana orang tersebut menyukai kita. Secara umum, kita menyukai orang yang juga menyukai kita dan tidak menyukai orang yang juga tidak menyukai kita. Pada dasarnya, ketika kita disukai orang lain, hal tersebut dapat meningkatkan self esteem (harga diri), membuat kita merasa bernilai, dan akhirnya mendapatkan positive reinforcement.

3.      CINTA
         Menurut Izard (dalam Strongman, 1998), cinta dapat mendatangkan segala jenis emosi, baik yang menyenangkan maupun yang menyakitkan. Stenberg mengemukakan bahwa cinta memiliki tiga dimensi, yaitu hasrat (passion), keintiman (intimacy), dan komitmen / keputusan (commitment/decision).
·         Hasrat, dimensi ini menekankan pada intensnya perasaan serta perasaan yang muncul dari daya tarik fisik dan daya tarik seksual. Pada jenis cinta ini, seseorang mengalami ketertarikan fisik secara nyata, seperti selalu memikirkan orang yang dicintainya sepanjang waktu, melakukan kontak mata secara intens saat bertemu, detak jantung meningkat, ingin selalu bersama pasangan yang dicintai, dan lain – lain.
·         Keintiman, dimensi ini tertuju pada kedekatan perasaan antara dua orang dan kekuatan yang mengikat mereka untuk bersama. Sebuah hubungan akan mencapai keintiman emosional jika kedua pihak saling mengerti, terbuka, dan saling mendukung, serta bisa berbicara apa pun tanpa merasa takut ditolak. Mereka mampu untuk saling memaafkan dan menerima, khususnya ketika mereka tidak sependapat atau berbuat kesalahan.
·         Komitmen /  keputusan
Pada dimensi ini, seseorang berkeputusan untuk tetap bersama dengan seorang pasangan dalam hidupnya. Komitmen dapat bermakna mencurahkan perhatian, melakukan sesuatu untuk menjaga suatu hubungan tetap langgeng, melindungi hubungan tersebut dari bahaya, serta memperbaiki bila hubungan dalam keadaan kritis.

4.      PERNIKAHAN
Pernikahan adalah sebuah komitmen yang serius antarpasangan dan dengan mengadakan pesta pernikahan, berarti secara sosial diakui bahwa saat itu pasangan telah resmi menjadi suami dan istri.
Duvall&Miler(1985) menjelaskan bahwa pernikahan adalah hubungan antara pria dan wanita yang diakui secara sosial, yang di tunjukan untuk melegalkan hubungan seksual, melegitimasi membesarkan anak, dan membangun pembagian peran di antara sesame pasangan.
Anak adalah salah satu factor kepuasan pernikahan. Seperti yang di kemukanan oleh latifah, bahwa factor-faktor yang mendukung kepuasaaan pernikahan adalah adanya komunikasi yang terbuka, ekpresi perasaan secara terbuka, saling percaya, tidak adanya dominasi pasangaan, hubungan seksual yang memuaskan, kehidupan sosial tempat tinggal, penghasilan yang cukup,anak, keyakinan beragama, dan hubungan dengan mertua/ipar (Latifah,2005)

5.      PERSELINGKUHAN
Menurut Vaughan (2003) menyebutkan bahwa perselingkuhan adalah keterlibatan seksual dengan orang lain yang bukan merupakan pasangan primernya. Perselingkuhan terjadi karena faktor yang ada dalam diri subjek, seperti kurang perhatian atau tidak memenuhi harapan istri/suami.
Sejumlah alasan seseorang melakukan perselingkuhan yaitu:
v  Variasi seksual
v  Untuk kesenangan pribadi
v  Companionship dengan wanita/pria lain
v  Kepuasaan akan tantangan
v  Merasa tertarik kepada lawan jenis yang lebih muda
v  Memanfaatkan kesempatan yang ada
v  Keinginan untuk melanggar sesuatu yang dilarang
v  Kebosanan akan pernikahan
v  Istri/suami tidak lagi menarik secara fisik(daya tarik seksual)
v  Ingin menyakiti suami/istri
v  Istri menjadi gemuk
v  Istri terlalu fokus kepada anak.

Sedangkan menurut Then (1998), alasan yang sering digunakan untuk melakukan perselingkuhan adalah sebagai pelarian karena pernikahan nya tidak bahagia.  Dan lainya karena perbedaan kelas sosial, agama, dan kebiasaan juga dapat dijadikan alasan untuk melakukan perselingkuhan.

DAFTAR PUSTAKA
Tim penulis Psikologi UI (2009). Psikologi sosial. Jakarta: Salemba humanika


Tidak ada komentar:

Posting Komentar