Nama; Novia Sari
NPM: 18514058
Kelas: 2PA09
1. HUBUNGAN INTERPERSONAL
Menurut Pearson
( 1983 ), manusia adalah makhluk sosial. Artinya, sebagai makhluk sosial, kita
tidak dapat menjalin hubungan sendiri, kita selalu menjalin hubungan dengan
orang lain, mencoba untuk mengenali dan memahami kebutuhan satu sama lain,
membentuk interaksi, serta berusaha mempertahankan interaksi tersebut. Kita
melakukan hubungan interpersonal ketika mencoba untuk berinteraksi dengan orang
lain, hubungan interpersonal adalah hubungan yang terdiri atas dua orang atau
lebih, yang memiliki ketergantungan satu sama lain dan menggunakan pola
interaksi yang konsisten. Ketika akan menjalin hubungan interpersonal, akan
terdapat suatu proses dan biasanya dimulai dengan interpersonal
attraction.
2. INTERPERSONAL ATTRACTION (KETERTARIKAN INTERPERSONAL)
Baron dan Byrne (2006)
menjelaskan bahwa interpersonal attraction adalah penilaian seseorang terhadap
sikap orang lain, dimana penilaian ini dapat diekspresikan melalui suatu
dimensi, dari strong liking sampai dengan strong dislike. Jadi, ketika kita berkenalan
dengan orang lain, kita sebenarnya melakukan penilaian terhadap orang tersebut.
Konteks penilaian ini adalah dalam melakukan hubungan interpersonal. Terdapat
lima tingkatan interaksi :
Tingkat
Interaksi
|
Kategori
Evaluasi
|
Contoh
Interaksi
|
Strong Liking(sangat suka)
|
Teman (friend)
|
Menghabiskan
waktu bersama, merencanakan pertemuan.
|
Mild Liking(agak suka)
|
Teman dekat
(close acquaintance)
|
Menikmati
interaksi ketika bertemu.
|
Neutral
|
Teman biasa
(superficial acquaintance)
|
Saling
mengenal satu sama lain, dan saling menyapa.
|
Mild Dislike(agak tidak suka)
|
Pengganggu
(annoying acquaintance)
|
Memilih untuk
menghindari interaksi.
|
Strong Dislike(sangat tidak suka)
|
Tidak
diinginkan (undesirable)
|
Menghindari
kontak secara aktif.
|
Dalam melakukan hubungan
interpersonal, faktor – faktor yang memengaruhi suatu ketertarikan
interpersonal ( interpersonal attraction ) adalah, faktor internal, eksternal,
dan interaksi.
1. Faktor internal
Faktor dalam diri kita,
meliputi dua hal yaitu :
· Kebutuhan untuk berinteraksi
(need for affiliation), suatu keadaan dimana seseorang berusaha untuk
mempertahankan suatu hubungan, bergabung dalam kelompok, berpartisipasi dalam
kegiatan, menikmati aktifitas bersama keluarga atau teman, menunjukkan perilaku
saling bekerja sama, saling mendukung, dan konformitas ( menurut McClelland ).
Seseorang yang memiliki kebutuhan untuk berinteraksi, berusaha mencapai
kepuasan terhadap kebutuhan ini, agar disukai, diterima oleh orang lain, serta
mereka cenderung untuk memilih berkerja bersama orang yang mementingkan
keharmonisan dan kekompakan kelompok.
· Pengaruh perasaan, penelitian dari Byrne, dkk
(1975) dan Fraley&Aron (dalam Baron, Byrne, 2006 ) menunjukkan bahwa dalam
berbagai situasi sosial, humor digunakan secara umum untuk mencairkan suasana
dan memfasilitasi interaksi pertemanan. Jika kita membuat orang lain senang
saat kita bertemu dengannya, maka interaksi akan lebih mudah terjalin.
Sebaliknya, ketika kita bertemu orang tersebut dan kita membuat perasaannya
negatif (kesal,marah), orang tersebut akan lebih sulit untuk berinteraksi
dengan kita. Hal ini terjadi karena pada
saat senang, kita lebih terbuka untuk melakukan komunikasi dengan orang lain.
2. Faktor eksternal
Yang memengaruhi hubungan
interpersonal ada dua yaitu :
· Kedekatan (proximity),
Baron&Byrne (2008) menjelaskan bahwa kedekatan secara fisik antara dua
orang yang tinggal dalam satu lingkungan yang sama, menunjukkan bahwa semakin
dekat jarak geografis di anatara mereka, semakin besar kemungkinan kedua orang
tersebut untuk sering bertemu. Selanjutnya pertemuan tersebut akan menghasilkan
penilaian positif satu sama lain, sehingga timbul ketertarikan diantara mereka
( more exposure effect ). Kita cenderung menyukai orang yang wajahnya biasa
kita kenali dibandingkan dengan orang yang wajahnya tidak kita kenal
(Miller&Perlman, 2009).
· Daya tarik fisik, sebuah penelitian mengenai
daya tarik fisik menunjukkan bahwa sebagian besar orang percaya bahwa laki –
laki dan perempuan yang menarik menampilkan ketenangan, mudah bergaul,
mandiri, dominan, gembira, seksi, mudah beradaptasi, sukses, lebih maskulin
(untuk laki – laki) dan lebih feminim (untuk perempuan) daripada orang yang
tidak menarik (Dion&Dion, 1991; Hatfield&Sprecher, 1986a dalam Baron
Byrne, 2008). Jadi, kita cenderung untuk memilih berinteraksi dengan orang yang
menarik dibandingkan orang yang kurang menarik karena orang yang menarik
memiliki karakteristik lebih positif.
3. Faktor interaksi
Pada faktor interaksi terdapat
dua hal, yaitu :
· Persamaan – Perbedaan, Miller&Perlman (2009)
mengemukakan bahwa sangat menyenangkan ketika kita menemukan orang yang mirip
dengan kita dan saling berbagi asal usul, minat, dan pengalaman yang sama.
Semakin banyak persamaan, semakin mereka saling menyukai. Sedangkan dalam
perbedaan, keuntungan yang di dapat ketika berinteraksi dengan orang yang
memiliki sikap berbeda adalah kita lebih dapat belajar hal yang baru dan
bernilai darinya (Kruglanski&Mayseless, 1987, dalam Pines, 1999).
· Reciprocal Liking, faktor lain yang juga memengaruhi
ketertarikan kita kepada orang lain adalah bagaimana orang tersebut menyukai
kita. Secara umum, kita menyukai orang yang juga menyukai kita dan tidak
menyukai orang yang juga tidak menyukai kita. Pada dasarnya, ketika kita
disukai orang lain, hal tersebut dapat meningkatkan self esteem (harga diri),
membuat kita merasa bernilai, dan akhirnya mendapatkan positive reinforcement.
3. CINTA
Menurut Izard (dalam
Strongman, 1998), cinta dapat mendatangkan segala jenis emosi, baik yang
menyenangkan maupun yang menyakitkan. Stenberg mengemukakan bahwa cinta
memiliki tiga dimensi, yaitu hasrat (passion), keintiman (intimacy), dan
komitmen / keputusan (commitment/decision).
- · Hasrat, dimensi
ini menekankan pada intensnya perasaan serta perasaan yang muncul dari
daya tarik fisik dan daya tarik seksual. Pada jenis cinta ini, seseorang
mengalami ketertarikan fisik secara nyata, seperti selalu memikirkan orang
yang dicintainya sepanjang waktu, melakukan kontak mata secara intens saat
bertemu, detak jantung meningkat, ingin selalu bersama pasangan yang
dicintai, dan lain – lain.
- · Keintiman, dimensi
ini tertuju pada kedekatan perasaan antara dua orang dan kekuatan yang
mengikat mereka untuk bersama. Sebuah hubungan akan mencapai keintiman
emosional jika kedua pihak saling mengerti, terbuka, dan saling mendukung,
serta bisa berbicara apa pun tanpa merasa takut ditolak. Mereka mampu
untuk saling memaafkan dan menerima, khususnya ketika mereka tidak
sependapat atau berbuat kesalahan.
- · Komitmen / keputusan Pada dimensi ini, seseorang berkeputusan untuk tetap bersama dengan seorang pasangan dalam hidupnya. Komitmen dapat bermakna mencurahkan perhatian, melakukan sesuatu untuk menjaga suatu hubungan tetap langgeng, melindungi hubungan tersebut dari bahaya, serta memperbaiki bila hubungan dalam keadaan kritis.
4. PERNIKAHAN
Pernikahan adalah sebuah komitmen
yang serius antarpasangan dan dengan mengadakan pesta pernikahan, berarti
secara sosial diakui bahwa saat itu pasangan telah resmi menjadi suami dan
istri.
Duvall&Miler(1985) menjelaskan
bahwa pernikahan adalah hubungan antara pria dan wanita yang diakui secara
sosial, yang di tunjukan untuk melegalkan hubungan seksual, melegitimasi
membesarkan anak, dan membangun pembagian peran di antara sesame pasangan.
Anak adalah salah satu factor
kepuasan pernikahan. Seperti yang di kemukanan oleh latifah, bahwa
factor-faktor yang mendukung kepuasaaan pernikahan adalah adanya komunikasi
yang terbuka, ekpresi perasaan secara terbuka, saling percaya, tidak adanya
dominasi pasangaan, hubungan seksual yang memuaskan, kehidupan sosial tempat
tinggal, penghasilan yang cukup,anak, keyakinan beragama, dan hubungan dengan
mertua/ipar (Latifah,2005)
5. PERSELINGKUHAN
Menurut Vaughan (2003) menyebutkan
bahwa perselingkuhan adalah keterlibatan seksual dengan orang lain yang bukan
merupakan pasangan primernya. Perselingkuhan terjadi karena faktor yang ada
dalam diri subjek, seperti kurang perhatian atau tidak memenuhi harapan
istri/suami.
Sejumlah alasan seseorang melakukan perselingkuhan
yaitu:
v Variasi seksual
v Untuk kesenangan pribadi
v Companionship dengan wanita/pria lain
v Kepuasaan akan tantangan
v Merasa tertarik kepada lawan jenis
yang lebih muda
v Memanfaatkan kesempatan yang ada
v Keinginan untuk melanggar sesuatu
yang dilarang
v Kebosanan akan pernikahan
v Istri/suami tidak lagi menarik secara
fisik(daya tarik seksual)
v Ingin menyakiti suami/istri
v Istri menjadi gemuk
v Istri terlalu fokus kepada anak.
Sedangkan menurut Then (1998), alasan
yang sering digunakan untuk melakukan perselingkuhan adalah sebagai pelarian
karena pernikahan nya tidak bahagia. Dan lainya karena perbedaan kelas
sosial, agama, dan kebiasaan juga dapat dijadikan alasan untuk melakukan
perselingkuhan.
DAFTAR PUSTAKA
Tim penulis Psikologi UI (2009). Psikologi
sosial. Jakarta: Salemba humanika
Tidak ada komentar:
Posting Komentar