1. HUBUNGAN INTERPERSONAL
Menurut Pearson ( 1983
), manusia adalah makhluk sosial. Artinya, sebagai makhluk sosial, kita tidak
dapat menjalin hubungan sendiri, kita selalu menjalin hubungan dengan orang
lain, mencoba untuk mengenali dan memahami kebutuhan satu sama lain, membentuk
interaksi, serta berusaha mempertahankan interaksi tersebut. Kita melakukan
hubungan interpersonal ketika mencoba untuk berinteraksi dengan orang lain,
hubungan interpersonal adalah hubungan yang terdiri atas dua orang atau lebih,
yang memiliki ketergantungan satu sama lain dan menggunakan pola interaksi yang
konsisten. Ketika akan menjalin hubungan interpersonal, akan terdapat suatu
proses dan biasanya dimulai dengan interpersonal
attraction.
2.
INTERPERSONAL
ATTRACTION (KETERTARIKAN INTERPERSONAL)
Baron dan Byrne (2006)
menjelaskan bahwa interpersonal attraction adalah penilaian seseorang terhadap
sikap orang lain, dimana penilaian ini dapat diekspresikan melalui suatu
dimensi, dari strong liking sampai dengan strong dislike. Jadi, ketika kita
berkenalan dengan orang lain, kita sebenarnya melakukan penilaian terhadap
orang tersebut
Dalam melakukan hubungan
interpersonal, faktor – faktor yang memengaruhi suatu ketertarikan
interpersonal ( interpersonal attraction ) adalah, faktor internal, eksternal,
dan interaksi.
1.
Faktor
internal
Faktor dalam diri kita,
meliputi dua hal yaitu :
·
Kebutuhan untuk berinteraksi
(need for affiliation), suatu keadaan dimana
seseorang berusaha untuk mempertahankan suatu hubungan, bergabung dalam
kelompok, berpartisipasi dalam kegiatan, menikmati aktifitas bersama keluarga
atau teman, menunjukkan perilaku saling bekerja sama, saling mendukung, dan
konformitas ( menurut McClelland ). Seseorang yang memiliki kebutuhan untuk
berinteraksi, berusaha mencapai kepuasan terhadap kebutuhan ini, agar disukai,
diterima oleh orang lain, serta mereka cenderung untuk memilih berkerja bersama
orang yang mementingkan keharmonisan dan kekompakan kelompok.
·
Pengaruh perasaan,
penelitian dari Byrne, dkk (1975) dan Fraley&Aron (dalam Baron, Byrne, 2006
) menunjukkan bahwa dalam berbagai situasi sosial, humor digunakan secara umum
untuk mencairkan suasana dan memfasilitasi interaksi pertemanan. Jika kita
membuat orang lain senang saat kita bertemu dengannya, maka interaksi akan
lebih mudah terjalin. Sebaliknya, ketika kita bertemu orang tersebut dan kita
membuat perasaannya negatif (kesal,marah), orang tersebut akan lebih sulit
untuk berinteraksi dengan kita. Hal ini
terjadi karena pada saat senang, kita lebih terbuka untuk melakukan komunikasi
dengan orang lain.
2.
Faktor
eksternal
Yang memengaruhi
hubungan interpersonal ada dua yaitu :
·
Kedekatan (proximity),
Baron&Byrne (2008) menjelaskan bahwa kedekatan secara fisik antara dua
orang yang tinggal dalam satu lingkungan yang sama, menunjukkan bahwa semakin
dekat jarak geografis di anatara mereka, semakin besar kemungkinan kedua orang
tersebut untuk sering bertemu. Selanjutnya pertemuan tersebut akan menghasilkan
penilaian positif satu sama lain, sehingga timbul ketertarikan diantara mereka
( more exposure effect ). Kita cenderung menyukai orang yang wajahnya biasa
kita kenali dibandingkan dengan orang yang wajahnya tidak kita kenal
(Miller&Perlman, 2009).
·
Daya
tarik fisik, sebuah penelitian mengenai daya tarik
fisik menunjukkan bahwa sebagian besar orang percaya bahwa laki – laki dan
perempuan yang menarik menampilkan ketenangan,
mudah bergaul, mandiri, dominan, gembira, seksi, mudah beradaptasi,
sukses, lebih maskulin (untuk laki – laki) dan lebih feminim (untuk perempuan)
daripada orang yang tidak menarik (Dion&Dion, 1991; Hatfield&Sprecher,
1986a dalam Baron Byrne, 2008). Jadi, kita cenderung untuk memilih berinteraksi
dengan orang yang menarik dibandingkan orang yang kurang menarik karena orang
yang menarik memiliki karakteristik lebih positif.
3.
Faktor
interaksi
Pada faktor interaksi
terdapat dua hal, yaitu :
·
Persamaan
– Perbedaan, Miller&Perlman (2009) mengemukakan
bahwa sangat menyenangkan ketika kita menemukan orang yang mirip dengan kita
dan saling berbagi asal usul, minat, dan pengalaman yang sama. Semakin banyak
persamaan, semakin mereka saling menyukai. Sedangkan dalam perbedaan,
keuntungan yang di dapat ketika berinteraksi dengan orang yang memiliki sikap
berbeda adalah kita lebih dapat belajar hal yang baru dan bernilai darinya
(Kruglanski&Mayseless, 1987, dalam Pines, 1999).
·
Reciprocal
Liking, faktor lain yang juga memengaruhi
ketertarikan kita kepada orang lain adalah bagaimana orang tersebut menyukai
kita. Secara umum, kita menyukai orang yang juga menyukai kita dan tidak
menyukai orang yang juga tidak menyukai kita. Pada dasarnya, ketika kita
disukai orang lain, hal tersebut dapat meningkatkan self esteem (harga diri),
membuat kita merasa bernilai, dan akhirnya mendapatkan positive reinforcement.
3. CINTA
Menurut
Izard (dalam Strongman, 1998), cinta dapat mendatangkan segala jenis emosi,
baik yang menyenangkan maupun yang menyakitkan. Stenberg mengemukakan bahwa
cinta memiliki tiga dimensi, yaitu hasrat (passion), keintiman (intimacy), dan
komitmen / keputusan (commitment/decision).
·
Hasrat,
dimensi ini menekankan pada intensnya perasaan serta perasaan yang muncul dari
daya tarik fisik dan daya tarik seksual. Pada jenis cinta ini, seseorang
mengalami ketertarikan fisik secara nyata, seperti selalu memikirkan orang yang
dicintainya sepanjang waktu, melakukan kontak mata secara intens saat bertemu,
detak jantung meningkat, ingin selalu bersama pasangan yang dicintai, dan lain
– lain.
·
Keintiman,
dimensi ini tertuju pada kedekatan perasaan antara dua orang dan kekuatan yang
mengikat mereka untuk bersama. Sebuah hubungan akan mencapai keintiman
emosional jika kedua pihak saling mengerti, terbuka, dan saling mendukung,
serta bisa berbicara apa pun tanpa merasa takut ditolak. Mereka mampu untuk
saling memaafkan dan menerima, khususnya ketika mereka tidak sependapat atau
berbuat kesalahan.
·
Komitmen
/ keputusan
Pada
dimensi ini, seseorang berkeputusan untuk tetap bersama dengan seorang pasangan
dalam hidupnya. Komitmen dapat bermakna mencurahkan perhatian, melakukan
sesuatu untuk menjaga suatu hubungan tetap langgeng, melindungi hubungan
tersebut dari bahaya, serta memperbaiki bila hubungan dalam keadaan kritis.
4. PERNIKAHAN
Pernikahan adalah sebuah komitmen yang serius antarpasangan dan dengan
mengadakan pesta pernikahan, berarti secara sosial diakui bahwa saat itu
pasangan telah resmi menjadi suami dan istri.
Duvall&Miler(1985) menjelaskan bahwa pernikahan adalah hubungan
antara pria dan wanita yang diakui secara sosial, yang di tunjukan untuk
melegalkan hubungan seksual, melegitimasi membesarkan anak, dan membangun
pembagian peran di antara sesame pasangan.
Anak adalah salah satu factor kepuasan pernikahan. Seperti yang di
kemukanan oleh latifah, bahwa factor-faktor yang mendukung kepuasaaan
pernikahan adalah adanya komunikasi yang terbuka, ekpresi perasaan secara
terbuka, saling percaya, tidak adanya dominasi pasangaan, hubungan seksual yang
memuaskan, kehidupan sosial tempat tinggal, penghasilan yang cukup,anak,
keyakinan beragama, dan hubungan dengan mertua/ipar (Latifah,2005)
5. PERSELINGKUHAN
Menurut Vaughan (2003) menyebutkan bahwa perselingkuhan adalah
keterlibatan seksual dengan orang lain yang bukan merupakan pasangan primernya.
Perselingkuhan terjadi karena faktor yang ada dalam diri subjek, seperti kurang
perhatian atau tidak memenuhi harapan istri/suami.
Sejumlah
alasan seseorang melakukan perselingkuhan yaitu:
v Variasi seksual
v Untuk kesenangan pribadi
v Companionship dengan wanita/pria lain
v Kepuasaan akan tantangan
v Merasa tertarik kepada lawan jenis yang lebih muda
v Memanfaatkan kesempatan yang ada
v Keinginan untuk melanggar sesuatu yang dilarang
v Kebosanan akan pernikahan
v Istri/suami tidak lagi menarik secara fisik(daya tarik
seksual)
v Ingin menyakiti suami/istri
v Istri menjadi gemuk
v Istri terlalu fokus kepada anak.
Sedangkan menurut Then (1998), alasan yang sering digunakan untuk
melakukan perselingkuhan adalah sebagai pelarian karena pernikahan nya tidak
bahagia. Dan lainya karena perbedaan
kelas sosial, agama, dan kebiasaan juga dapat dijadikan alasan untuk melakukan
perselingkuhan.
DAFTAR PUSTAKA
Tim penulis Psikologi UI (2009). Psikologi
sosial. Jakarta: Salemba humanika