1.
Pengertian Konsep diri
Konsep diri adalah sekumpulan keyakinan dan perasaan
seseorang mengenai dirinya. Keyakinan tersebut bisa berkaitan dengan bakat,
minat, kemampuan, penampilan fisik, dan sebagainya (Deaux dalam Sarwono 2009).
Menurut Monks (2004)
berpendapat bahwa pembentukan konsep diri pada remaja sangat penting karena
akan mempengaruhi kepribadian, tingkah laku, dan pemahaman terhadap dirinya
sendiri. Sehingga pencarian identitas merupakan konflik utama yang dialami oleh
remaja.
Menurut
Hurlock (1996) konsep diri adalah penilaian remaja tentang diri sendiri. Yang
terbagi berdasarkan beberapa sifat, yaitu:
1) Konsep
Diri Fisik
Gambaran remaja tentang
penampilannya, dengan seksnya, arti penting tubuhnya dalam hubungannya dengan
perilakunya, dan gengsi yang diberikan oleh tubuhnya dimata orang lain.
2) Konsep
Diri Psikis
Gambaran remaja tentang kemampuan
dan ketidakmampuannya, harga dirinya dan hubungan dengan orang lain.
3) Konsep
Diri Sosial
Gambaran remaja tentang hubungannya
dengan orang lain, dengan teman sebaya, dengan keluarga, dan lain-lain.
4) Konsep
Diri Emosional
Gambaran remaja tentang emosi diri,
seperti kemampuan menahan emosi, pemarah, sedih, atau riang-gembira, pendendam,
pemaaf, dan lain-lain.
5) Konsep
Diri Aspirasi
Gambaran remaja tentang pendapat
dan gagasan, kreativitas, dan cita-cita.
6) Konsep
Diri Prestasi
Gambaran remaja tentang kemajuan
dan keberhasilan yang akan diraih, baik dalam masalah belajar Maupin kesuksesan
hidup.
Calhoun dan Acocella
(1990) membagi konsep diri ke dalam dua jenis yaitu konsep diri positif dan
konsep diri negatif.
a)
Konsep Diri Positif
Merupakan
konsep diri yang bersifat stabil dan bervariasi, serta menunjukkan adanya
pengenalan diri dan penerimaan diri dengan sangat baik. Individu dengan konsep
diri ini dapat memahami dan menerima sejumlah fakta yang bermacam-macam tentang
dirinya sendiri, sehingga evaluasi terhadap dirinya sendiri menjadi positif
serta dapat menerima dirinya apa adaya.
b)
Konsep Diri Negatif
Konsep
ini terbagi menjadi dua tipe, yang pertama adalah pandangan individu yang tidak
teratur, tidak memiliki kestabilan, dan keutuhan diri. Ketidakmampuan ini
menyebabkan individu tidak mengetahui dengan benar siapa dirinya, kekuatan
maupun kelemahannya, atau apa yang dihargai dalam kehidupannya.Tipe yang kedua
adalah pandangan diri individu terlalu stabil dan teratur. Hal ini dapat
terjadi karena individu dididik dengan cara yang keras, sehingga menciptakan
citra diri yang tidak mengizinkan adanya penyimpangan dari kebiasaan atau citra
dirinya yang telah terbentuk tersebut, dan beranggapan bahwa hal tersebut
adalah cara hidup yang paling tepat.
3.
Dimensi
Konsep Diri
Fitts
(dalam Agustiani, 2006) membagi konsep diri ke dalam dua dimensi pokok, yaitu
dimensi internal dan dimensi eksternal. Berikut dijelaskan secara
rincii satu persatu.
1. Dimensi
Internal adalah bila seorang individu
melakukan penilaian terhadap dirinya sendiri berdasarkan dunia batinnya sendiri
atau dunia dalam dirinya sendiri terhadap identitas dirinya, perilaku dirinya,
dan penerimaan dirinya. Kerangka acuan internal
atau yang disebut juga dimensi internal
ini oleh Fitts dibedakan atas tiga bentuk, yang terdiri dari:
a) Diri
sebagai obyek/identitas (identity self).
Identitas diri ini merupakan aspek
konsep diri yang paling mendasar. Konsep ini mengacu pada pertanyaan “siapakah
saya ?”, dimana di dalamnya tercakup label-label dan simbol-simbol yang
diberikan pada diri oleh individu yang bersangkutan untuk menggambarkan dirinya
dan membangun identitasnya.
b) Diri
sebagai pelaku (behavioral self).
Diri pelaku merupakan persepsi
seorang individu tentang tingkah lakunya. Diri pelaku berisikan segala
kesadaran mengenai “apa yang dilakukan oleh diri”.
c) Diri
sebagai pengamat dan penilai (judging
self)
Manusia cenderung menilai sejauh
mana hal-hal yang dipersepsikan memuaskan bagi dirinya. Interaksi antara diri
identitas, diri pelaku dan integrasi dalam keseluruhan konsep diri meliputi
bagian diri yang ketiga yaitu diri sebagai penilai.
2. Dimensi
Eksternal adalah individu menilai
dirinya melalui hubungan dan aktivitas sosialnya, nilai-nilai yang dianutnya,
serta hal-hal
lain diluar dirinya. Yang terdiri
dari:
a) Diri
fisik (physical self)
Merupakan persepsi dan perasaan
seseorang terhadap keadaan fisik, kesehatan, keterampilan, penampilan diri,
seksualitas dan gerak motorik.
b) Diri
moral-etik (moral-ethical self)
Merupakan persepsi seseorang
tentang dirinya ditinjau dari standar pertimbangan nilai-nilai etis dan moral.
c) Diri
personal (personal self)
Merupakan perasaan individu
terhadap nilai-nilai pribadi terlepas dari keadaan fisik dan hubungan dengan
orang lain dan sejauh mana ia merasa kuat sebagai pribadi. Misalnya perasaan
diri sebagai orang gembira, orang tenang dan santai atau seorang pembenci.
d) Diri
keluarga (family self)
Merupakan perasaan dan harga diri
seseorang sebagai anggota keluarga dan di tengah-tengah temanteman dekat.
Bagian ini menunjukkan seberapa jauh perasaan seseorang terhadap dirinya
sebagai anggota keluarga dan terhadap peran maupun fungsi yang dijalankannya
selaku anggota keluarga.
e) Diri
sosial (social self)
Merupakan penilaian seseorang
terhadap dirinya dalam berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan lebih
luas.
DAFTAR PUSTAKA:
Monks, dkk. (2004). Psikologi perkembangan pengantar dalam berbagai bagaiannya. Yogyakarta: UGM Press.
Sarwono,
S.W & Meinarno, E.A. (2009). Psikologi sosial.
Jakarta: Salemba
Humanika.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar